Kamis, 27 Januari 2011

Manfaatkan Energi Mayat untuk Relaksasi

 
Berenang di kolam air hangat menjadi pilihan relaksasi yang cukup populer di kalangan masyarakat perkotaan. Tapi, bagaimana jika air hangat itu tercipta dari energi pembakaran mayat di krematorium?

Adalah pimpinan dewan kota di Redditch, Inggris, yang mengajukan gagasan mendaur ulang energi dari mesin pembakaran mayat untuk memanaskan air kolam renang Abbey Stadion Sports Centre. Kolam renang ini kebetulan berlokasi tak jauh dari krematorium. 



Gagasan itu mencuat atas nama gerakan ramah lingkungan dan penghematan energi. Pemanfaatan energi panas dari mesin pembakaran mayat juga akan menghemat anggaran energi senilai £14.500 atau lebih Rp200 juta per tahun.

Selama ini, pembakaran mayat di krematorium melepas energi panas ke atmosfer hingga 800 derajat celcius. "Energi ini lebih baik dimanfaatkan untuk memanaskan air kolam renang daripada menguap sia-sia melalui cerobong asap dan mencemari udara," kata salah satu dewan kota, Carole Gandy, kepada 
Telegraph.

Meski niatnya positif, gagasan itu menuai protes sejumlah masyarakat. Pemanfaatan energi pembakaran mayat untuk industri dianggap tidak beretika. Bahkan, sebagian merasa ngeri berenang di kolam semacam itu.

"Saya tidak tahu bagaimana orang akan merasa nyaman berolahraga di kolam renang yang airnya dipanaskan melalui kematian orang tercinta. Saya pikir itu agak aneh dan menakutkan," kata Kepala Pemakaman Thomas Brothers, Simon Thomas.

Sebuah pertemuan publik untuk mendiskusikan gagasan tersebut diselenggarakan pekan ini, sebelum pembahasan lebih lanjut di komite dewan eksekutif pekan depan.

Gagasan daur ulang energi di krematorium sebenarnya sudah pernah disampaikan sejumlah ahli di East Sussex, Inggris, akhir 2009. Kala itu, mereka berpikir memanfaatkan panas pembakaran mayat untuk memasok energi listrik.

Daur ulang energi di krematorium juga pernah digagas pejabat kota di Taipe, Taiwan. Mereka berencana menggunakan energi dari mesin pembakar mayat untuk memasok listrik ke mesin pendingin atau AC. Namun, hal tersebut menuai kontra dari masyarakat.

"Saya kagum dengan ide kreatif itu, tapi bagaimana dengan keluarga yang berduka. Sungguh mengerikan menikmati dinginnya AC yang tercipta dari hasil pembakaran jenazah keluarganya," kata Chuang Ruei-hsiung, anggota dewan setempat.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Khusus 17+