Berita terbaru.Bagi sebagian orang, mempelajari bahasa asing terasa susah dan sangat membebani otak. Namun menurut penelitian, belajar bahasa asing justru bagus untuk otak karena jadi lebih terbiasa untuk melihat sesuatu dari sisi yang berbeda.
Bahasa mewakili dunia dalam cara tertentu. Misalnya, bahasa mengajarkan kita bahwa pink bukan warna yang sama seperti merah, dan abu-abu tidak sama dengan hitam. Akademisi dari Universitas Newcastle dan Universitas York di Inggris mendukung anggapan yang mengatakan bahwa belajar bahasa membuat seseorang menjadi lebih pintar dengan dasar ilmiah yang kuat.
Bahasa yang berbeda juga mewakili makna yang berbeda. Sebagai contoh, dalam Bahasa Inggris, blue artinya biru. Sedangkan dalam Bahasa Italia, biru disebut dengan dua nama, celeste untuk biru muda, dan blu untuk biru gelap. Jadi, ketika seorang yang biasa berbicara Bahasa Inggris mempelajari Bahasa Italia, ia harus belajar untuk berpikir tentang warna yang berbeda untuk menggunakan kata dengan benar.
"Kami sudah tahu bahwa mempelajari bahasa lain meningkatkan pengetahuan kita tentang bahasa ibu kita, dan penelitian juga sudah membuktikan bahwa mempelajari bahasa lain memiliki efek positif pada otak," kata Prof Vivian Cook dari Newcastle University seperti dilansir oleh Medicalxpress.com, Jumat (7/10/201).
"Anak-anak muda saat ini berpendapat bahwa menguasai dua bahasa dapat menunda timbulnya kepikunan ketika sudah tua," lanjutnya.
Para peneliti ingin mengambil langkah lebih lanjut untuk melihat apakah menguasai dua bahasa bisa menjadi semacam bentuk latihan pikiran. Berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa mempelajari dua bahasa tidak secara langsung mengubah cara seseorang melihat dunia. Efek positif menguasai bahasa lain adalah karena mempelajari bahasa baru menyebabkan seseorang merangkul konsep baru yang tidak terwakili dalam bahasa ibu.
"Jika saya meminta Anda untuk memikirkan 'makan siang', Anda mungkin akan berpikir tentang sebuah sandwich dengan keripik. Jika saya bertanya kepada orang Italia untuk memikirkan 'pranzo' (Bahasa Italia untuk makan siang), dia akan memikirkan hidangan pasta, daging, dan sayuran," jelas Dr Benedetta Bassetti dari University of York.
"Ada banyak bukti penelitian yang membenarkan bahwa orang yang menguasai dua bahasa berpikir dengan menggabungkan dua pandangan yang mewakili dua bahasa yang mereka kuasai. Tapi terkadang mereka juga membuat konsep baru yang tidak datang dari salah satu dari bahasa itu," kata Prof Cook.
Pada tahun 1970-an, peneliti menemukan bahwa anak-anak yang berbicara dengan bahasa Inggris beranggapan bahwa waktu berjalan dari kiri ke kanan. Namun anak-anak Arab berpikir sebaliknya, dan mereka yang mempelajari bahasa Inggris kemudian mengetahui bahwa kedua-duanya benar.
Prof Cook menemukan bahwa orang Italia menganggap rubah lebih cantik dan lebih lembut, sedangkan orang Jerman menganggap tikuslah yang lebih cantik dan lebih lembut. Hal ini terjadi karena rubah dalam tata Bahasa Italia bersifat feminin dan dalam tata Bahasa Jerman bersifat maskulin. Sedangkan tikus bersifat maskulin dalam bahasa Italia dan feminin dalam Bahasa Jerman. Mereka yang menguasai kedua bahasa tersebut tidak akan terbingungkan sebab persepsi mereka tidak berdasarkan tata bahasa.
0 komentar:
Posting Komentar