Berita terbaru.Gejala yang menyertai serangan jantung seringkali mirip orang masuk angin. Akibatnya bukan buru-buru dilarikan ke rumah sakit, tetapi malah dikerok biar anginnya keluar hingga akhirnya terlambat mendapat pertolongan lalu meninggal.
Masuk angin memang tidak dikenal dalam istilah kedokteran, namun biasanya didefinisikan sebagai kumpulan dari berbagai keluhan tidak enak badan. Keluhan yang dimaksud sangat beragam, mulai dari perut kembung, mual-mual hingga badan terasa pegal di semua bagian.
Dalam banyak kasus, serangan jantung juga sering didahului dengan keluhan-keluhan yang mirip masuk angin khususnya pegal-pegal dan rasa tidak enak badan. Akibatnya gejala itu sering tidak ketahuan, lalu hanya dikerok karena dikira masuk angin.
"Banyak yang meninggal setelah dikerok, itu karena sebenarnya sakit jantung. Ketika muncul gejala, seharusnya buru-buru dibawa ke rumah sakit dan bukan cuma dikerok," ungkap Prof Dr Budhi Setianto, SpJP, FIHA dari Pusat Jantung Nasional dalam jumpa pers Cintai Hidup Cintai Jantung di FX Plaza, Senayan, Kamis (29/9/2011).
Lebih lanjut Prof Budhi menjelaskan, penyebab orang meninggal setelah dikerok memang bukan kerokannya itu sendiri. Namun kerokan pada orang yang sebenarnya mengalami serangan jantung akan memberi jeda terlalu lama untuk mendapat pertolongan, sehingga terlambat dan akhirnya tidak terselamatkan.
Agar tidak salah memberikan penanganan, Prof Budhi memberikan tips untuk membedakan gejala serangan jantung dengan rasa tidak enak badan akibat masuk angin. Menurutnya, gejala yang spesifik pada serangan jantung dan tidak ada pada masuk angin biasa adalah nyeri dada.
"Nyeri dada pada serangan jantung bukanlah nyeri pada tulang atau kulit, tetapi nyeri dari dalam dan rasanya tidak hilang-hilang. Kalau sudah seperti itu dan memang punya faktor risiko jangan dikerok, langsung saja dibawa ke rumah sakit," pesan Prof Budhi.
Faktor risiko untuk mengalami serangan jantung sangat beragam, mulai dari tekanan darah tinggi hingga kegemukan yang ditandai dengan indeks massa tubuh di atas 25 kg/m2. Kelebihan lemak dan kolesterol jahat di dalam tubuh juga termasuk faktor risiko serangan jantung.
0 komentar:
Posting Komentar